Broken home dan introvert adalah hal yang sangat jauh bertentangan, kalau biasanya broken home dicap dengan perilaku yang nakal dan dalam lingkup pergaualan bebas, lalu bagaimana dengan broken home yang introvert. Sebelum kita membahas hal itu alangkah baiknya kita mengetahui apa itu introvert.
Introvert adalah salah-satu dari berbagai jenis kepribadian yang tealh di tetapkan oleh berbagai ahli, orang yang lebih senang menghabiskan waktu sendirian atau bersama satu atau dua orang teman terdekat mereka dibandingkan berada dalam keramaian.
Berbanding sekali dengan broken home yang dicap masyarakat, seperti yang masyarakat tau bahwa orang-orang tersebut terkenal liar dan mudah berbaur dengan siapa saja. Lalu bagaimana broken home yang introvert, apakah stigma masyarakat tentang itu masih di cap kepada mereka?
Broken home sendiri bukan hanya seorang anak yang ditinggal cerai orang tuanya, bisa karena orang tua yang sibuk bekerja, atau pertengkaran dalam rumah tangga yang tak kunjung usai. Anak broken home tidak selalu berkepribadian ekstrovet, lalu anak tersebut kurang bebas mengekspresikan. Karena introvert cenderung tertutup dan susah untuk beradaptasi dengan orang baru.
Sisi posistif nya ialah terlihat dari tabah dan sabar nya orang tersebut dengan keadaan, berusaha menutupi semua keresahan diri yang selama ini di alami, lalu berbanding terbalik dengan broken home yang ekstrovert, melihatkan keresahan dan kegalauan nya secara terang-terangan, dan tentu itu akan membuat masyarakat memberikan stigma buruk kepada anak broken home, lalu broken home yang ekstrovret cenderung bisa mengambil kebahagian lain di luar karena seperti yang kita ketahui bahwa broken home yang introvert cenderung terbuka dan bisa mencari kebahagian di luar.
Berbanding terbalik dengan broken home yang introvert cenderung menutup diri dan mudah depresi karena tidak ada keterbukaan kepada orang lain dan cenderung memedam semuanya sendirian.
Artikel ditulis oleh Saliha Alyanas, mahasiswa/i Universitas Cendekia Mitra Indonesia jurusan Psikologi