Self (diri) merupakan bahasa yang sudah tua, baik bagi filsafat, agama, ataupun ilmu pengetahuan. Secara ilmiah, self sudah banyak didiskusikan, dan ada banyak pendapat tentangnya (Leary, McDonald, & Tangney, 2003). Secara umum, diri bisa didefinisikan sebagai entitas yang menyadari, mengalami, memberikan penilaian, dan mengendalikan sensasi, persepsi, perasaan, pikiran, motivasi, atau perilaku sendiri. Self juga yang bisa mengambil pelajaran dari pengalaman masa lalu (past), meregulasi perilaku saat ini (present) dan merencanakan perilaku di masa yang akan datang (future). Jadi, diri itu bukan pikiran, perasaan, dan kepribadian.
Mengenali Diri.
Mengenali diri merupakan sesuatu yang sangat penting. Saking pentingnya, Al-Qur`an banyak memberikan pesan yang sangat jelas mengenai pentingnya upaya mengenali diri ini. Adapun Al-Qur`an Surah Ali Imran ayat 190 yang membahas tentang hal ini, yaitu :
Bahasan mengenai upaya memahami diri (persepsi diri), konsep mengenai diri sendiri (konsep diri), dan bagaimana menyikapinya (harga diri) menjadi bahasan yang sangat penting dalam psikologi. Tokoh yangdisebut-sebut sebagai founding father-nya psikologi modern di Amerika Serikat (Schultz & Schultz, 2011), William James sudah memperkenalkan teori mengenai diri bahkan sejak pertama kali ilmu psikologi didirikan. James menyampaikan ada diri yang berperan sebagai subjek (I atau knower), dan ada diri yang berperan sebagai objek (me atau known) (Pomerleau, 2016).
Memahami diri penting karena beberapa alasan, yaitu :
- Manusia mempunyai kebutuhan untuk memahami & mengendalikan lingkungannya (Heider, 1958). Kebutuhan tersebut bersifat alamiah dan melekat pada eksistensi diri setiap manusia. Setiap manusia selalu berusaha memahami dan memaknai apa yang masuk melalui indra dan yang dapat dirasakannya, sehingga ia dapat menentukan sikap & perilaku apa yang paling positif bagi dirinya. Dengan pemahaman yang baik terhadap lingkungannya, manusia akan mampu meakukan antidipasi dan mampu menunjukkan sikap & perilaku yang dapat memaksimalkan kebaikan bagi dirinya sendiri, dan menghindarkan diri dari berbagai keburukan yang mungkin akan menimpanya.
- Pemahaman terhadap diri sendiri ini penting karena pengaruhnya yang sangat besar terhadap manajemen kesan serta bagaimana manusia mempresentasikan diri dalam lingkungan sosial, baik secara verbal maupun non verbal, secara sadar maupu tidak sadar. Manajemen kesan dan presentasi diri dipengaruhi oleh pemahaman terhadap diri sendiri. Menurut Carlston dan Mae (2003), manajemen kesan sebagiannya berlangsung secara sadar dan dengan niat yang jelas, sedangkan sebagiannya lagi berlangsung secara tidak sadar dan otomatis. Nah, motif yang mendasari manajemen kesan ini dipengaruhi oleh pemahaman diri. Brehm & Kassin (1997) menyebutkan dua motif yang mendasari manajemen kesan, yaitu
- Memastikan bahwa persepsi orang lain mengenai dirinya itu sesuai dengan pemahaman dirinya sendiri, dan
- Untuk mendapatkan tujuan-tujuan instrumental tertentu, seperti untuk mendapatkan simpati, persetujuan, kekuasan, dan lain-lain.
Pemahaman diri tidak hanya berpengaruh terhadap manajemen kesan dan presentasi diri, tapi juga berpengaruh terhadap bagaimana memperlakukan dan diperlakukan orang lain. Perlakuan terhadap orang lain dipengaruhi oleh persepsi terhadap orang tersebut, dan persepsi terhadap orang tersebut dipengaruhi oleh persepsi terhadap dirinya sendiri (Krueger, Alicke, & Dunning, 2005). Krueger, Alicke, dan Dunning (2005) menjelaskan bahwa pemahaman terhadap diri sendiri ini bisa menjadi sumber informasi, standar evaluasi, dan standar moral dalam memahami dan memperlakukan orang lain.
- Pemahaman terhadap diri sendiri bisa berpengaruh baik terhadap kesehatan mental maupun fisik (Ali, Fang, & Rizzo, 2010; Goodwin & Olfson, 2002). Pemahaman terhadap diri sendiri merupakan mediator antara hubungan antara manusia dengan dunianya. Suatu pengalaman bisa berdampak negatif, netral, ataupun positif sebagiannya dijembatani oleh pemahamamnya terhadap dirinya sendiri. Allah SWT pun menunjukkan bahwa orang yang menganggap dirinya rendah cenderung mudah sedih dan lemah dalam bersikap (QS. Ali-’Imran, 139.
Pemahaman diri merupakan penilaian yang bersifat subjektif dan personal. Setiap orang memiliki pemahaman yang unik dan berbeda-beda mengenai dirinya sendiri.
Artikel ditulis oleh Nurul Anggraini Inshani, Mahasiswa/i Universitas Cendekia Mitra Indonesia